Juara 1 Mengarang tingkat Kabupaten diselenggarakan Oleh HMI Tahun 2011
Pulang
sekolah hatiku berbunga-bunga karena aku
mendapat nilai semester yang bagus kali ini. Aku ingin membawa kabar gembira
ini untuk mama. Dengan penuh semangat aku mengayunkan langkah kaki menuju ke
rumah. Aku bayangkan mama ku pasti sama gembiranya dengan aku mendengar kabar
ini. Dan mungkin mamaku bangga padaku.
“
Assalamualaikum…..!” aku membuka pintu rumah dan setengah berlari masuk ke
rumah. “ Assalamualaikum….!” Kuulangi lagi salamku. Rumah kutemukan dalam
keadaan sepi. Hanya pembantu di rumah yang menjawab salamku.
Jam
satu siang seperti ini mama biasanya sudah pulang istirahat dari kantornya.
Kebetulan kantor mama sangat dekat dengan rumah. Mamaku adalah seorang dokter
yang bertugas di puskesmas.
“
Mama mana Bi?” tanyaku pada pembantuku.
Ternyata
mamaku belum pulang. Menurut bibi pembantu, tadi mama pamit untuk rapat di
kantor bupati. Aku kecewa. Aku pun
mencoba menghibur diriku dengan sholat.
Setelah sholat pikiranku menjadi tenang dan kecewaku hilang. Karena merasa lapar aku pun makan duluan
tidak menunggu mama seperti biasa. Aku makan sendirian ditemani pembantuku.
Sampai aku selesai makan mama belum
pulang. Sambil menunggu mama aku mencoba mengisi waktuku dengan
membaca buku . Tak terasa ternyata aku tertidur. Aku bangun sekitar
pukul empat sore. Ternyata mama belum
pulang juga. Kembali aku kecewa karena
tidak bisa segera menyampaikan kabar gembiraku. Aku pun mencoba menelpon mama.
Berkali-kali tak diangkat. Lama baru aku mendapat jawaban lewat sms .
“
Maafkan mama terlambat pulang. Mama sedang rapat penting dan belum selesai”
Untuk
mengusir kecewaku , aku pergi mandi
setelah itu bermain bersama
teman-temanku. Menjelang pukul enam sore aku pulang ke rumah. Aku berharap saat
ini aku sudah bisa bertemu dengan mama. Dengan mengendap-endap ingin membuat
kejutan aku masuk ke kamarnya. Kubuka
pintu secara perlahan. ” Doo…rr!” Aku mengacungkan telunjuk seperti orang pegang
pistol. Ternyata di kamar hanya ada papa yang sedang beristirahat .
“
Assalamualaikum, dari mana cantik? “ Papa menyapaku.
“
Waalaikumsalam. Mama mana Pa? “ Tak kuhiraukan pertanyaan papa karena aku
penasaran tak menemukan mama.
“
Kenapa? Mama tadi pulang sebentar saat kamu bermain. Setelah mandi dan sholat
segera pergi ke tempat praktek karena sudah banyak pasiennyPa
yang menunggu di sana. “
Seketika
aku terdiam dan tak bisa menutupi kekecewaanku. Aku menangis sambil menutup
pintu kamar. Aku berlari masuk kamarku. Kutumpahkan segala kecewaku pada mama
dengan menangis sepuasnya di atas bantal. Menurutku mama tak mau peduli padaku.
Mama sibuk terus dengan urusannya sendiri. Hanya untuk mendengar berita
gembiraku saja tak punya waktu. Aku iri melihat teman-teman yang saat pulang
sekolah disambut mamanya di muka pintu. Saat sore hari ditemani bermain. Saat
malam hari ditemani belajar dan dibacakan dongeng sebelum tidur. Aku jarang
menerima perlakuan seperti itu dari mama karena kesibukannya banyak sekali. Aku
terus marah dan menangis. Entah kapan aku bisa dengan bangga menyampaikan kabar
gembira tentang prestasiku pada mama. Aku bisa menyampaikan berita itu pada
papa, tapi aku ingin semua mendengar. Aku ingin bukan hanya papa yang bangga ,
tapi juga mama.
Sebuah
usapan lembut terasa di kepalaku. Aku membalikkan muka dari bantalku. Aku lihat
papa tersenyum lembut dan berkata: “ Ada apa cantik?” sebuah sapaan sayang dari
papa yang membuatku senantiasa bangga menjadi anaknya. “ Kok pulang bermain
tiba-tiba menangis?”
Aku mengusap air mataku. Aku
berusaha tersenyum kepada papa.
“ Ada apa? Cerita dan papa siap mendengar
bos!” papa kembali tersenyum sambil mencubit hidungku.
Setelah merasa agak tenang aku
berusaha mengungkapkan isi hatiku ke papa. Aku ceritakan bahwa aku mendapat
nilai bagus saat ulangan akhir semester. Aku tunjukkan lembar soal yang sudah
dinilai untuk di tandatangani papa.
“
Aku sejak pulang sekolah ingin menunjukkan ini ke mama. Tapi sampai sekarang
aku belum bertemu mama. Aku kan ingin mama bangga. Tapi ternyata mama tak punya
waktu. Mama tak peduli padaku.” Aku nyerocos mengeluh kepada papa. Papa diam
saja membiarkan aku menumpahkan kekecewaanku.
“ Kenapa mama sibuk terus? Apa mama lupa
padaku? Padahal mama yang minta aku
supaya berprestasi. Sekarang aku sudah berprestasi, tapi mama tak peduli. Mama
tak punya waktu melihat nilai-nilaiku!” Nadaku protes dan agak tinggi. Aku diam
dan air mataku masih terus mengalir . Suasana menjadi hening.
Sejenak
kemudian papa memelukku . Pipiku dicium dengan sayang sambil meneruskan usapan
lembut di kepalaku. Aku menjadi tenang. Tangisanku mulai mereda.
“
Maafkan mama ya sayang. Bukan mama tak perduli padamu. Mama sesungguhnya sangat
sayang kamu. Tapi kamu juga harus mengerti, mama adalah seorang dokter yang dibutuhkan
masyarakat. Kamu harus ikhlas merelakan waktumu berkurang bersama mama. Kalau
mama tak sibuk, papa yakin dia selalu berusaha menemanimu. Bukankah selama ini
begitu?”
“
Tapi hari ini menurutku istimewa . Aku ingin mama adalah orang yang pertama
bangga mendengar prestasiku” jawabku
melanjutkan keluh kesah.
“
Mama sebagai dokter adalah amanah Allah. Harusnya kamu bangga memilki mama yang
bisa membantu meringankan penderitaan orang lain. “
Aku
terdiam dengan kata-kata papa.
“Ayo
kita sholat magrib sambil menunggu mama pulang” ajak Papa.
Kami
sholat berjamaah tanpa mama. Mungkin mama sholat sendiri di tempat praktek. Aku
mulai kasihan pada mama. Aku bayangkan mama pasti capek.
Setelalah makan malam berdua
dengan papa, aku belajar sementara papa pergi ke tempat praktek menggantikan
mama. Aku gelisah menunggu mama pulang.
Sampai menjelang pukul 9 malam ternyata mama belum pulang juga. Aku sudah
mulai mengantuk, tapi aku masih berupaya menuggu mama.
Aku keluar rumah untuk
menghilangkan ngantuk. Aku berjalan-jalan di seputar halaman Puskesmas (
rumahku di kompleks Puskesmas ) dan berharap mama segera muncul. Aku bertemu
dengan pak Satpam yang berjaga di posnya. Ternyata menurut keterangannya mama
sedang di ruang UGD menolong pasien gawat. Aku layangkan pandanganku ke UGD
yang tak jauh letaknya dari tempatku berdiri. Semoga mama segera keluar
batinku. Tak sengaja mataku melihat anak perempuan seumurku sedang menangis di
dekat pintu masuk UGD.
“ Kenapa anak itu menangis
Pak?” tanyaku pada pak Satpam.
“Ibunya sedang dirawat di UGD
karena kecelakaan!”
Dug! Jantungku langsung
berdebar. Aku iba melihat anak itu. Aku bayangkan bagaimana sedih hatinya . Aku
minta ditemani pak Satpam mendekati anak perempuan itu. Aku coba menghibur dan
memperkenalkan diriku.
“ Berdoalah! Kata mamaku doa
anak untuk orang tua selalu dikabulkan oleh Allah.”
“ Aku takut ibuku meninggal!”
rintihan anak itu menyayat hatiku.
Saat
itu hilang semua rasa marah,kesal dan kecewaku
Aku pun membayangkan bila itu terjadi padaku pasti aku sedih sekali. Aku
pun bersyukur kepada Allah kejadian itu tidak menimpa diriku.
Aku menyesal hari ini memendam rasa marah
kepada mama. Ternyata mama terlambat pulang untuk menyelamatkan nyawa seorang
ibu. Aku berharap ibu anak itu bisa tertolong
sehingga anak itu tidak sedih lagi.
Beberapa menit kemudian mama keluar
dari UGD. Alhamdulillah ternyata ibu
anak itu selamat. Anak itu pun bersyukur kepad Allah dan bersama ayahnya
mengucapkan terima kasih kepada mama.
Aku ikut gembira .Aku berlari
memeluk mama . Aku bangga kepada mamaku
. Dan aku semakin bangga saat mama
bahagia melihat nilaiku.
“
Aku bangga padamu anakku!” bisiknya lembut sambil mencium pipiku.
“Maafkan
aku mama. Aku sudah mengira mama tak sayang padaku!”
Aku
akhirnya tidur di pelukan mama dan bermimpi indah.
0 komentar:
Posting Komentar